OPTIMALISASI KADER KESEHATAN REMAJA UNTUK MENDORONG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI WILAYAH KALURAHAN TIMBULHARJO, KABUPATEN BANTUL
Keywords:
Kader kesehatan remaja, Optimalisasi kader, Perilaku hidup bersih dan sehatAbstract
Latar belakang : Kader Kesehatan Remaja (KKR) merupakan salah satu upaya strategis untuk meningkatkan kesadaran dan penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di kalangan remaja, khususnya di wilayah pedesaan seperti Kelurahan Timbulharjo, Kabupaten Bantul. Program ini dilatarbelakangi oleh tingginya angka penyakit menular dan masalah gizi buruk di wilayah tersebut, yang diperparah oleh rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menerapkan pola hidup sehat. Selain itu, adanya keterbatasan akses terhadap fasilitas kesehatan dan informasi kesehatan yang memadai juga menjadi faktor yang mendorong perlunya pembinaan KKR. Tujuan : membina kader-kader kesehatan remaja yang memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang memadai dalam mempromosikan dan mengadvokasi PHBS di lingkungannya. Metode pelaksanaan program ini mencakup beberapa tahapan penting, yaitu persiapan, pemilihan anggota KKR, pelatihan, pendampingan, dan pengembangan. Tahapan persiapan meliputi identifikasi kebutuhan dan sumber daya kesehatan remaja di Kalurahan Timbulharjo, penetapan sasaran dan strategi kegiatan, serta penyiapan sarana, prasarana, dan bahan kegiatan. Pelatihan dan pendampingan diberikan untuk membekali anggota KKR dengan keterampilan praktis dalam menerapkan dan mengadvokasi PHBS, sementara pengembangan dilakukan untuk memastikan keberlanjutan program. Pendekatan ini diharapkan tidak hanya mampu meningkatkan partisipasi remaja dalam pembangunan kesehatan, tetapi juga mempererat kerjasama antara remaja, keluarga, sekolah, dan masyarakat dalam mewujudkan lingkungan yang lebih sehat. Hasil dari program ini menunjukkan adanya peningkatan signifikan dalam pengetahuan dan kesadaran remaja mengenai pentingnya PHBS. Selain itu, terjadi peningkatan partisipasi aktif dan keterampilan kader dalam melaksanakan pemeriksaan kesehatan dan kegiatan kesehatan lainnya di masyarakat Kalurahan Timbulharjo. Pembentukan grup komunikasi seperti WhatsApp juga terbukti efektif dalam memfasilitasi pertukaran informasi dan koordinasi antar kader, sehingga kegiatan dapat berjalan lebih lancar dan terorganisir. Kesimpulan: program pembinaan KKR di Kalurahan Timbulharjo berhasil dalam meningkatkan kesadaran dan partisipasi remaja dalam kegiatan kesehatan di kalurahan. Namun, program ini masih memerlukan dukungan berkelanjutan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah dan organisasi lokal, untuk memastikan keberlanjutan dan perluasan cakupan program. Saran untuk pengembangan lebih lanjut adalah melibatkan lebih banyak stakeholder lokal, meningkatkan kapasitas kader melalui pelatihan lanjutan, serta memperluas cakupan program ke kalurahan lain yang memiliki masalah kesehatan serupa.